Subhanallah.... Semua serasa mimpi.. Sejak hari itu.. terhitung tanggal 23 Juli 2012 tepatnya hari senin. dimana hari yg seharusnya buatku bahagia tapi ternyata hari itu benar-benar membuat masa depanku suram..
Berawal dari malamnya 22 Juli 2012 pukul 7 malam. dapat kabar dari sahabatku Manda.. Bahwa pengumuman hasil NR unand udah bisa diliat. Manda minta nomer testku, aku kasih.. beberapa menit kemudian manda ngasih kabar lagi kalo aku gak lulus.. YA ALLAH aku masih gak percayaaaaaaaa. dengan gemetaran aku coba buka sendiri di computerku.. setelah masukkan nomer test ternyata emang bener.. aku gak lulus di unand.. aku cuma lulus di pts nya ekonomi pembangunan bunghatta.. sedih kecewa kesaaaaaaal semua campur deh malam ituu.. tapi..... setelah disemangatin sama randa aku berusaha buat tegar walaupun air mata ini gak berenti... banyak teman teman seperjuanganku yg lulus di unand yaa Allah gak bisa munafik kalo aku iri sama mereka.. Sampe jam 11 malam randa masih ngasih semangat dia bilang kalo masih ada kesempatan untuk hasil NR yg di unp yg bisa diliat jam 00.01. aku udah putus asaa ,gak mau liat hasilnyaaa yg pasti percumaaaaaaa..... randa berusaha keras minta nomer pesertaku yg NR di unp.. akhirnya karna dia janji gak akan ngasih tau aku apapun hasilnya aku kasih nomernya...
Tepat jam 00.01
7 bulan aku dengan Randa:`)) Randa sempat buat aku ngerasa nyaman dengan harapan harapannya untuk hubungan aku dan dia selanjutnya..
Dan dengan masih berisak tangis.. aku diam diam keluar kamar setelah mami papi tidur.. aku hidupin komputer tanpa ngidupin lampu.. dengan gelap gelap aku buka situs unp untuk ngeliat hasil.. aku masih smsan dgn randa ,masih ngelanjutin sms harapan harapan itu.. tapi aku gak ngasih tau dia kalo aku lagi coba liat hasil.. dengan takut dan gemetaran terbukalah situs unp ini... dalam berucap semua doaaaaa aku (berharap ini satu satunya kesempatan terakhirku) aku masukkan nomer peserta ku.. masukkan kode.. gak perlu nunggu lama untuk ngeliat kehancuran hidupku.. dalam hitungan detik terlihat kata kata "PESERTA : MELLYA RINDHANI ADITIA dengan nomer peserta bla bla blaaaa MAAF, ANDA BELUM BERHASIL" allahhuakbaaaaaar, innalillahi... seketika semua gelaap gak ada bercahaya, suraaaam, isak tangis pun keluar lagi :"(((((((( sadar hpku berbunyi beberapa kali ternyata ada sms dari randa.. aku beraniin diri bilang ke dia semuanya kalo aku gak lulus.. aku minta nomer pesertanyaa.. randa tetap nyemangatin aku dan ngasih nomernyaaa.. setelah aku buka punya randa ternyata dia LULUS... Randa hebaaaaaatttttt.. dia lulus di pilhan pertamanya .. perasaan aku campur aduk.. sedih kecewa kesal marah putus asa lelah letih semuanyaaaaaa bercampur.. tapi aku bangga sama randa.. di usia hubunganku 7bulan dia ngasih kado terindah, dia bisa buat aku bangga karna keberhasilannya:')) sesaat aku ngungkapin rasa banggaku utk randa.. tetapi setelah itu hidupku kembali kepada diriku sendiri... sekarang aku bisa apa? apa yg bisa aku banggain dari diriku sendiri? aku takut papi dan mami nanya aku harus jawab apa? malu sama diri sendiri.. ngerasa paling bodoh diantara yg sangat sangat bodoh:'((((
Malam itu sampai waktunya sahur aku hanya bisa meratapi semua yg terjadi dalam hidupku..
Aku .. Melly yg selalu merasa hebat.. Melly yg selalu sombong.. Melly yg angkuh.. Melly yg merasa bisa ngalahin semua orang.. Melly yg selalu sok ngasih semangat ke orang orang.. Melly yg selalu sok bijak.. Seketika hancur dalam sekejap.. menjadi sebutir debu.. bisa hilang kapan saja ketika angin berembus datang..
Yaa Allah sampai saat ini aku masih merasa semua itu mimpi.. Mimpi buruk.. yg aku berharap ketika bangun semua itu tidak pernah terjadi..
Aku bisa apaaaaa sekaraaaaaaang?
Mami dan papi masih aja ngeliatin kekecewaannya.. aku gak tega.. aku sedih.. aku anak gak berguna.. aku gak bisa ngebahagiain mami papi..
Masih gak percayaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.. sangat sangat gak percayaaaaaa sama semuanyaaaaaaaaaa...
berharap itu mimpiiiiiiiiiiiiii....
Ya Allah bangunkan aku dari mimpi buruk iniiii:"((((((((((((
By
Seluruh penumpang di dalam bus merasa simpati melihat seorang wanita muda dengan tongkatnya meraba-raba menaiki tangga bus. Dengan tangannya yang lain di meraba posisi dimana sopir berada, dan membayar ongkos bus. Lalu berjalan ke Dalam bus mencari-cari bangku yang kosong dengan tangannya.
Setelah yakin bangku yang dirabanya kosong, dia duduk. Meletakkan tasnya di atas pangkuan, dan satu tangannya masih memegang tongkat.
Satu tahun sudah, Yasmin, wanita muda itu, mengalami buta. Suatu kecelakaan telah berlaku atasnya, dan menghilangkan penglihatannya untuk selama-lamanya. Dunia tiba-tiba saja menjadi gelap dan segala harapan dan cita-cita menjadi sirna. Dia adalah wanita yang penuh dengan ambisi menaklukan dunia, aktif di segala perkumpulan, baik di sekolah, rumah maupun di lingkungannya.
Tiba-tiba saja semuanya sirna, begitu kecelakaan itu dialaminya. Kegelapan, frustrasi, dan rendah diri tiba-tiba saja menyelimuti jiwanya. Hilang sudah masa depan yang selama ini dicita-citakan.
Merasa tak berguna dan tak ada seorang pun yang sanggup menolongnya selalu membisiki hatinya. “Bagaimana ini bisa terjadi padaku?” dia menangis. Hatinya protes, diliputi kemarahan dan putus asa. Tapi, tak peduli sebanyak apa pun dia mengeluh dan menangis, sebanyak apa pun dia protes, sebanyak apapun dia berdo’a dan memohon, dia harus tahu, penglihatannya tak akan kembali.
Diantara frustrasi, depresi dan putus asa, dia masih beruntung, karena mempunyai suami yang begitu penyayang dan setia, Burhan. Burhan adalah seorang prajurit TNI biasa yg bekerja sebagai security di sebuah perusahaan. Dia mencintai Yasmin dgn seluruh hatinya. Ketika mengetahui Yasmin kehilangan penglihatan, rasa cintanya tidak berkurang.
Justru perhatiannya makin bertambah, ketika dilihatnya Yasmin tenggelam kedalam jurang keputus-asaan. Burhan ingin menolong mengembalikan rasa percaya diri Yasmin, seperti ketika Yasmin belum menjadi buta.
Burhan tahu, ini adalah perjuangan yang tidak gampang. Butuh extra waktu dan kesabaran yg tidak sedikit. Karena buta, Yasmin tidak bisa terus bekerja di perusahaannya. Dia berhenti dengan terhormat. Burhan mendorongnya supaya belajar huruf Braile. Dengan harapan, suatu saat bisa berguna untuk masa depan. Tapi bagaimana Yasmin bisa belajar? Sedangkan untuk pergi ke mana-mana saja selalu diantar Burhan?
Dunia ini begitu gelap. Tak ada kesempatan sedikitpun untuk bisa melihat jalan. Dulu, sebelum menjadi buta, dia memang biasa naik bus ke tempat kerja dan ke mana saja sendirian. Tapi kini, ketika buta, apa sanggup dia naik bus sendirian? Berjalan sendirian? Pulang-pergi sendirian? Siapa yang akan melindunginya ketika sendirian? Begitulah yang berkecamuk di dalam hati Yasmin yg putus asa. Tapi Burhan membimbing Jiwa Yasmin yg sedang frustasi dg sabar. Dia merelakan dirinya untuk mengantar Yasmin ke sekolah, di mana Yasmin harus belajar huruf Braile.
Dengan sabar Burhan menuntun Yasmin menaiki bus kota menuju sekolah yang dituju. Dengan Susah payah dan tertatih-tatih Yasmin melangkah bersama tongkatnya. Sementara Burhan berada di sampingnya. Selesai mengantar Yasmin dia menuju tempat dinas. Begitulah, selama berhari-hari dan berminggu-minggu Burhan mengantar dan menjemput Yasmin. Lengkap dengan seragam dinas security.
Tapi lama-kelamaan Burhan sadar, tak mungkin selamanya Yasmin harus diantar; pulang dan pergi. Bagaimanapun juga Yasmin harus bisa mandiri, tak mungkin selamanya mengandalkan dirinya. Sebab dia juga punya pekerjaan yg harus dijalaninya. Dengan hati-hati dia mengutarakan maksudnya, supaya Yasmin tak tersinggung dan merasa dibuang. Sebab Yasmin, bagaimanapun juga masih terpukul dengan musibah yg dialaminya.
Seperti yg diramalkan Burhan, Yasmin histeris mendengar itu. Dia merasa dirinya kini benar-benar telah tercampakkan. “Saya buta, tak bisa melihat!” teriak Yasmin. “Bagaimana saya bisa tahu saya ada di mana? Kamu telah benar-benar meninggalkan saya.” Burhan hancur hatinya mendengar itu. Tapi dia sadar apa yang harus dilakukan.
Mau tak mau Yasmin musti terima. Musti mau menjadi wanita yg mandiri. Burhan tak melepas begitu saja Yasmin. Setiap pagi, dia mengantar Yasmin menuju halte bus. Dan setelah dua minggu, Yasmin akhirnya bisa berangkat sendiri ke halte. Berjalan dengan tongkatnya. Burhan menasehatinya agar mengandalkan indera pendengarannya, di manapun dia berada.
Setelah dirasanya yakin bahwa Yasmin bisa pergi sendiri, dengan tenang Burhan pergi ke tempat dinas. Sementara Yasmin merasa bersyukur bahwa selama ini dia mempunyai suami yang begitu setia dan sabar membimbingnya. Memang tak mungkin bagi Burhan untuk terus selalu menemani setiap saat ke manapun dia pergi. Tak mungkin juga selalu Diantar ke tempatnya belajar, sebab Burhan juga punya pekerjaan yg harus dilakoni.
Dan dia adalah wanita yg dulu, sebelum buta, tak pernah menyerah pada tantangan dan wanita yg tak bisa diam saja. Kini dia harus menjadi Yasmin yg dulu, yg tegar dan menyukai tantangan dan suka bekerja dan belajar. Hari-hari pun berlalu. Dan sudah beberapa minggu Yasmin menjalani rutinitasnya belajar, dengan mengendarai bus kota sendirian.
Suatu hari, ketika dia hendak turun dari bus, sopir bus berkata, “saya sungguh iri padamu”. Yasmin tidak yakin, kalau sopir itu bicara padanya. “Anda bicara pada saya?” ” Ya”, jawab sopir bus. “Saya benar-benar iri padamu”. Yasmin kebingungan, heran dan tak habis berpikir, bagaimana bisa di dunia ini, seorang buta, wanita buta, yg berjalan terseok-seok dengan tongkatnya hanya sekedar mencari keberanian mengisi sisa hidupnya, membuat orang lain merasa iri? “Apa maksud anda?”
Yasmin bertanya penuh keheranan pada sopir itu. “Kamu tahu,” jawab sopir bus, “Setiap pagi, sejak beberapa minggu ini, seorang lelaki muda dengan seragam militer selalu berdiri di sebrang jalan. Dia memperhatikanmu dengan harap-harap cemas ketika kamu menuruni tangga bus. Dan ketika kamu menyebrang jalan, dia perhatikan langkahmu dan bibirnya tersenyum puas begitu kamu telah melewati jalan itu. Begitu kamu masuk gedung sekolahmu, dia meniupkan ciumannya padamu, memberimu salut, dan pergi dari situ. Kamu sungguh wanita beruntung, ada yang memperhatikan dan melindungimu”.
Air mata bahagia mengalir di pipi Yasmin. Walaupun dia tidak melihat orang tersebut, dia yakin dan merasakan kehadiran Burhan di sana. Dia merasa begitu beruntung, sangat beruntung, bahwa Burhan telah memberinya sesuatu yang lebih berharga dari penglihatan. Sebuah pemberian yang tak perlu untuk dilihat; kasih sayang yang membawa cahaya, ketika dia berada dalam kegelapan.
Sumber : dikutip.com